Rabu, 17 Agustus 2011
Kehidupan Silaturahim Kami dalam Jumpa Keluarga Besar Christian Gonzales: Marissa Haque & Ikang Fawzi
Liputan6.com, Jakarta:
Sumber (1): http://tv.liputan6.com/main/read/8/1061798/0/ketika-para-selebritis-saling-mengagumi
Sumber (2): http://id.berita.yahoo.com/foto/ketika-p…
13th Agustus 2011, posted in My Family Story
Diam-diam istri pesepakbola nasional Christian Gonzales, Eva Gonzales, mengagumi pasangan artis senior Ikang Fawzi dan Marissa Haque. Eva pun mengundang artis idolanya itu untuk menghadiri acara ulang tahun putri pertamanya, Amanda Gonzales, yang ke-17. Eva mengaku tidak menyangka jika pasangan yang kini lebih aktif bergelut di dunia politik itu mau hadir di pesta ulang tahun anaknya.
“Ini idola saya sama suami saya. Ini bener-bener reunian dari saya kecil mereka bener-bener udah di langit. Jadi mana mungkin kenal sama saya,” puji Eva Gonzales kepada pasangan yang kini masih tampak mesra, seperti ditayangkan Status Selebritis di SCTV, Sabtu (13/8).
Ternyata, Ikang dan Marissa juga nge-fans dengan perfoma Christian Gonzales di lapangan. Baik Ikang maupun Marissa pun ikut memuji idolanya itu. “Kita tuh seneng banget sama Christian Gonzales apalagi waktu kemaren membela Indonesia. Di saat Indonesia tengah lesuh, Gonzales mampu mengangkat kembali nama timnas Indonesia,” puji pria yang bernama lengkap Ahmad Zulfikar Fawzi.(APY/ANS)
“Keluarga Gonzales Timnas yang Sangat Ramah: Marissa Haque & Ikang Fawzi”
Sumber:http://chikitafawzi.blogdetik.com/2011/08/13/keluarga-gonzales-timnas-yang-sangat-ramah-marissa-haque-ikang-fawzi/
Kehidupan Silaturahim Kami dalam Jumpa Keluarga Besar Christian Gonzales: Marissa Haque & Ikang Fawzi
Selasa, 16 Agustus 2011
"Marissa Haque & Ikang Fawzi: Upaya Membuat Nyaman Hati Pasangan"
Disaat kita memberi sesungguhnya karena kita sudah banyak menerima!
Kuncinya semua kembali kepada pasangan kita. Sejauh mana pasangan suami atau istri dapat saling mendukung satu dengan lainnya, sehingga mampu selalu membuat nyaman hati pasangannya.
Kuncinya semua kembali kepada pasangan kita. Sejauh mana pasangan suami atau istri dapat saling mendukung satu dengan lainnya, sehingga mampu selalu membuat nyaman hati pasangannya.
Pasangan suami istri sejati, akan berada dalam irama harmoni untuk saling memahami serta selalu mendukung. Intinya adalah, komunikasi produktif di antara keduanya dalam perkawinan. Cirinya adalah ketika mata hati serasa selalu terkait satu dengan lainnya. Seperti itu sejujurnya yang kami rasakan selama 25 tahun masa pernikahan kami.
Kami berdua--Ikang Fawzi dan Marissa Haque--memang bukanlah pasangan yang luar biasa sempurna. Namun kami bertekad agar kesepakatan yang kami buat sejak awal dapat kami wujudkan dalam kenyataan sejarah pernikahan kami, yaitu: "... untuk selalu satu suami dan satu istri sampai mati."
Insya Allah... sejujurnya demikian, dan selamanya demikian. Sampai ajal menjemput kami, karena setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati...
May Allah always bless our marriage... amiiin...
Catatan: Avatar Blog Ini dari iklan Oil of Olay
Sumber: http://ikangdanmarissa.blogdetik.com/
"Marissa Haque & Ikang Fawzi: Upaya Membuat Nyaman Hati Pasangan"
Minggu, 14 Agustus 2011
"Diplomasi via Musik bersama BIL (Brother in Law) Lovers: dalam Marissa Haque Fawzi"
"BIL (Brother in Law) Lovers: dalam Marissa Haque Fawzi"
Yuk gabung dengan BIL Lovers (the Brother in Law) dengan Ikang Fawzi, Ekki Soekarno, dan Gilang Ramadhan.Kindly please enter this address mentioned, as follow: http://www.youtube.com/watch?v=_sALdI_Lwwc,
Regards, Marissa Haque Fawzi
Regards, Marissa Haque Fawzi
Senin, 11 Juli 2011
Diplomasi via Musik dari Tiga Putra Diplomat Indonesia: Ikang Fawzi-Ekki Soekarno-Gilang Ramadhan
Ikang Fawzi is Back!
YA, rocker matang era-80an itu rupanya gatal berteriak dan berjingkrak seperti pada masa kejayaaanya dulu. Suami aktris senior Marissa Haque itu memutuskan untuk kembali eksis di industri musik Tanah Air."Main musik itu suatu berkah untuk orang lain, makanya saya pun merasa bersalah kalau enggak bisa menghasilkan sebuah karya lagi, jadi saya putuskan untuk aktif (menyanyi) lagi," bilang Ikang saat menggelar konser "Go Clean" di Gedung Bentara Budaya, Palmerah, Jakarta Barat, baru-baru ini.
Akan tetapi, rocker yang identik dengan lagu Preman itu tak kembali ke panggung musik dengan bersolo karier. Kali ini, dia turut mengajak saudara-saudara iparnya, yakni Ekki Soekarno (suami Soraya Haque) dan Gilang Ramadhan (suami Shahnaz Haque) membentuk sebuah band bernama Brother In Law (BIL) Project.
Konsep untuk membentuk band dengan saudara ipar sudah lama direncanakan pria berusia 51 tahun ini. Namun, baru tahun ini pelantun soundtrack film legendaris Catatan Si Boy itu berhasil mengajak mereka mengeluarkan sebuah album.
"Kita udah dari 10 tahun lalu ngeband bareng, tapi baru bisa bikin album ya sekarang. Karena memang semakin tua kesibukan bukannya makin berkurang, malah bertambah. Jadinya agak susah untuk bisa ketemu setiap hari di studio," papar Ikang.
Bersama Ekki dan Gilang di BIL Project, Ikang berhasil merilis single berjudul Hancur Hatiku. Melalui lagu tersebut, Ikang kembali menyuguhkan nuansa musik rock ala tahun 1980-an.
"Tiga Ipar Berbahasa Perancis Haque Bersatu dalam BIL Project (the Brother in Law)"
Label:
BIL Project,
Chikita Fawzi,
Christine Panjaitan,
Deplu,
Gramedia,
Ikang Fawzi,
Isabella Fawzi,
KOMPAS,
Marissa Haque,
naga Swara,
Ratu Atut Chosiyah,
shahnaz haque,
soraya haque,
wahidin halim
Jumat, 08 Juli 2011
Bentara Pentas Musik (Kompas,Gramedia): Diplomasi Musik Sawah Kami
Bentara Pentas Musik
BIL PROJECT
Brother in Law: Ikang Fawzi, Ekki Soekarno dan Gilang Ramadhan
Sumber: http://www.bentarabudaya.com/agenda.php?id=825
07 Jul 2011
Bentara Budaya Jakarta
GO CLEAN CONCERT
Kamis, 7 Juli 2011 pukul 19.30 wib
BIL (Brother in Law) terdiri dari Ikang Fawzi, Ekki Soekarno dan Gilang Ramadhan. Nama mereka selama ini dikenal sebagai figur-figur yang berkecimpung di dunia musik dengan serius dan konsisten. Ikang Fawzi (51) adalah musisi dan penyanyi rock, juga pemain film yang populer tahun 1980-an. Saat ini Ikang lebih sibuk sebagai pengusaha properti dibanding kegiatannya di dunia seni yang membesarkan namanya. Ekki Soekarno (49) adalah
pemeran dan pemusik Indonesia. Ia pernah bermain dalam sejumlah film nasional dengan debut dalam film Tirai Malam Pengantin (1984). Selain itu, ia pernah menjadi penyanyi dengan mengeluarkan satu album dimana ia bernyanyi bersama Ikang Fawzi, Andi Meriem Matalatta, Fariz RM, dan Dian Pramana Poetra. Sementara Gilang Ramadan (48) adalah pemusik yang berfokus bermain drum. Musik, bagi mereka bukan hanya sekadar berkarya dan memburu popularitas, tapi musik adalah bahasa jiwa, bahasa universal bagi mereka bertiga. Bermusik diharapkan menjadi ekspresi rasa dan kreativitas dengan menyampaikan berbagi pesan kemanusiaan, kontrol sosial serta perdamaian.
"Marissa Haque Fawzi: Terimakasih Naga Swara & Bentara Budaya (Kompas-Gramedia) Telah Mendukung BIL"
Minggu, 03 Juli 2011
Tulisan Lamaku Tahun 2009 di kompasiana.com: Marissa Haque Fawzi
"Menangisi sang Garuda"
OPINI | 12 September 2009 |Sumber: http://umum.kompasiana.com/2009/09/12/menangisi-sang-garuda-pada-hut-presiden-sby-ke-60-marissa-haque/register
“Garuda Pancasila, akulah pendukungmu;
Patriot proklamasi, sedia berkorban untukmu;
Pancasila dasar negara;
Rakyat makmur adil sentosa;
Pribadi bangsaku;
Ayo maju… maju;
Ayo maju… maju;
Ayo maju… maju.”
Sebelumnya ingin kuucapkan: “Selamat Hari Ulang Tahun Pak Presiden SBY ke 60, Semoga Panjang Umur dan Sejahtera Selalu.” Sebagai salah seorang rakyat/warganegara Indonesia yang percaya kepada konsep Pancasila dengan “Garuda Pancasila” sebagai simbol/lambang negara, kuyakini penggalan syair “akulah pendukungmu; patriot proklamasi; sedia berkorban untukmu.”
Walaupun dengan hati perih dan berderai airmata yang bercucuran tak tertahankan ketika secara lirih perlahan kunyanyikan bait demi bait didalam syair lagunya, serta meresapi makna sangat dalam yang terkandung pada isi syairnya. Sebagai warganegara yang baik kutetapkan dalam hati ini melalui pernyataan: “Jangan tanyakan apa yang bisa aku peroleh dari negriku, namun apa yang mampu aku berikan kepada negriku” (Kennedy, 1960).
Tulisan ini sebanarnya adalah satu dari sekian tulisanku yang hendak kubuang ketong sampah diruang perpustakaan karena telah beberapa hari ‘ngendon’ didalam komputerku karena serasa tidak pernah berhasil mampu kuselesaikan pasca pertemuan ‘mewah’ diruang kerja Ketua MK (Mahkamah Konstitusi) Prof. Dr. Mahfud MD, SH, SU dilantai 15 Gedung MK di Jakarta pada pukul 16.00 sore hari bertepatan dengan HUT ke 60 Presiden SBY tertanggal 9 bulan 9 tahun 2009 sekaligus tenggat waktu kadaluwarsa penetatapan Keputusan KPU atas terkatung-katungnya nasib Anggota Legislatif Putaran 3 (tiga) yang berhak duduk di DPR RI mewakili rakyat dari wilayah konstituennya.
1. Elang Jawa sang Garuda Pancasila
Banyakkah dari kita yang faham bahwa simbol negara kita Garuda Pancasila adalah datang dari sang Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) yang merupakan salah satu spesies elang berukuran sedang endemik di Pulau Jawa. Sehingga secara bercanda sering saya sampaikan kepada banyak teman yang dekat dihati bahwa kalau kita perhatikan – maafkan saya karena hanya ingin bercanda dan tak ada maksud sara atau melecehkan suku lain ditanah air – bahwa sebenarnya NKRI itu sudah ‘setengah terkutuk’ selalu orang Jawa yang akan menjadi pemimpin negeri ini. Yaitu Kepala Negara yang sekaligus Kepala Pemerintahan didalam sitem pemerintahan Presidensil cq Presiden Republik Indonesia – adalah wajib dan harus dan ‘wajib dan harus dan wajib dan harus dan wajib dan harus’ Orang Jawa. Kenapa? Yah… karena simbol Jawa ada dalam simbol NKRI. Apakah simbol tersebut adalah seekor burung yang hanya ada sebagai endemik di Pulau Jawa doang-only-thok-sajaaaa…? “Ya, simbol/metaphor Orang Jawa yang di-convey dalam Elang Jawa (Spizaetus bartelsi),” jelasku ringan kepada mereka semua.
Hmmm… disetujui atau tidak, bukankah kita sudah menggunakan simbol in sejak awal kemerdekaan tahun 1945 lalu? Pernahkah kita mengingat bahwa disaat kita sekolah di SD sampai dengan SMA bahwa Garuda Pancasila adalah Spizaetus bartelsi sang Elang Jawa yang hanya hidup/endemik dipulau Jawa semata? Akankah itu berpengaruh kepada anak-anak Indonesia yang non-Jawa dan bukan berasal dari Pulau Jawa? Apakah jargon Bhineka Tunggal Ika yang ada pada pita dikepit dalam cakar kuat kaki sang Elang Jawa menyiratkan bahwa yang non-Jawa ada didalam cengkeraman sang Jawa?
Menurut pendapat saya pribadi, sejauh yang non-Jawa ada didalam cengkeraman sang Jawa berada dalam jantung-hati Pancasila, sampai sejauh itu akan fine-fine sajaaa… Artinya mau dia sang Jawa ataupun sang non-Jawa, sejauh seluruh sila yang termaktub didalam isi pasal-pasal dalam Pancasila diakomodir dan diimplementasikan akan berjalan dengan “halalan thoyiba.” Jalankan saja cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang telah dituangkan kedalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Siapapun yang menjadi pemimpin di Indonesia dari tingkat pusat sampai ke segala daerah disegala tingkatan, tinggal melaksanakan seluruh “warisan/amanat” para founding-fathers kita dahulu. Apa itu cita-cita Proklamasi 1945, kenapa sesungguhnya kita harus merdeka dari seluruh penjajahan dibumi Pertiwi, dan lain sebagainya.
Terdapat empat buah cita-harap yang mendasari kemerdekaan Republik Indonesia yang jika dilaksanakan oleh siapapun yang menjadi pemimpin di Indonesia maka akan dapat mewujudkan kesejahteraan rakyat dan kejayaan Nusantara, yaitu: (1) melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia; (2) memajukan kesejahteraan umum; (3) mencerdaskan kehidupan bangsa;(4) ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Itulah semangat-spirit-ruh dari para founding-fathers kita dahulu saat mendirikan Republik Indonesia. Ditahun 2009 ini setelah Pilpres dilaksanakan, menjadi pertanyaan besar apakah Pemerintahan Rezim SBY telah dengan jelas menunujukkan keberpihakannya kepada upaya perlindungan segenap bangsa Indonesia serta tumpah darahnya termasuk didalamnya memajukan kesejahteraan umum? Ketika Indonesia dihadapkan dengan persaingan global dengan HDI (Human development Index) sangat rendah, dengan wajib belajar hanya 9 tahun hingga kelas 3 SMP, apa yang dapat diharapkan menjadi competitive advantage anak-bangsa negeri ini didalam keikut sertaan didalam perdaiaman dunia? Tentunya para founding-fathers kita dahulu tidak mencita-citakan anak-bangsanya menjadi generasi ‘koeli’ ditingkat internasioanl yang sepulang dari tempat kerja tinggal membawa cacat badan karena penganiayaan majikan dan anak berambut keriting tak berayah? Para perempuan perkasa yang telah memberikan sumbangsih pendapatan nasional setidaknya sekitar Rp 150 Trilyun,- setiap tahun, tidak harus terpaksa keluar kampung halamannya bila saja negeri ini tetap memberikan fokus bagi dunia pertanian dimana sebagian besar penduduk negeri ini tergantung dari penghasilan usaha tani. Bergeser kelautan? Allah Azza wa Jalla meberikan laut luas bagi kita anak bangsa tanpa harus memeliharanya, semua tinggal tangkap saja asalkan mampu membelaki diri dengan armada dan peralatan tangkap yang terus berinovasi serta mampu menghalau penagkap ikan liar dari negeri tetangga. Leang Jawa dalam Garuda Pancasila menyiratkan Indonesia membutuhkan seorang pemimpin yang jeli setajam mata elang yang mampu fokus dan menukik didalam menangkap seluruh peluang/opportunity demi me-leverage kemakmurannya bukan dengan sekedar bagi-bagi BLT namun rakyat juga yang harus membayar pinjaman dasar dan bebean hutangnya dari Negara donor – The Washington Consencuss: (1) IMF; (2) World Bank; (3) WTO. Sudahkah Presiden SBY pada HUT beliau ke 60 telah mampu menjadi sang Elang Jawa bermata tajam bagi rakyat Indonesianya secara keseluruhan tanpa terkecuali dan meninggalkan kepentingan kepompoknya – baik sisa rezim Orde Baru maupun rezim nowadays binaanya sendiri? Bila memang abik dan benar kenapa tidak untuk me-LANJUTKAN? Bila belum maka tidak ada salahnya kita koreksi bersama-sama bukan? Namun apakah masih sebebas sang burung Elang Jawa yang terbang tinggi diangkasa tanpa harus bersentuhan dengan Pasal 310 dan 311 KUHP tentang Perbuatan Tidak Menyenangkan dan Pencemaran Nama Baik?
2. Elang Jawa Spizaetus bartelsi
Identik dengan lambang negara Republik Indonesia Garuda Pancasila, (MacKinnon, J. 1993) dalam disertasiku Doktorku – Marissa Grace Haque Fawzi dari IPB – mengatakan bahwa burung Garuda/Elang Jawa ini memiliki ciri bertubuh langsing dengan ukuran sedang sampai besar. Panjang tubuh berkisar sekitar 60-70 cm (dari ujung paruh hingga ujung ekor). Kepalanya berwarna coklat kemerahan (kadru) dengan jambul yang tinggi menonjol – terkadang dari samping mirip burung kakak tua hanya lebih ekstrim – dengan 2 sampai 4 helai/lembar bulu sepanjang hingga 12 cm. Memiliki tengkuk berwarna coklat-kekuningan bahwan terkadang nampak keemasan bila terkena sinar matahari. Sangat anggun dengan kesan gagah perkasa. Jambul hitam dengan ujung putih, mahkota dan kumis berwarna hitam, sedangkan punggung dan sayap coklat gelap. Kerongkongan keputihan dengan garis (sebetulnya garis-garis) hitam membujur di tengahnya. Ke bawah, ke arah dada, coret-coret hitam menyebar di atas warna kuning kecoklatan pucat, yang pada akhirnya di sebelah bawah lagi berubah menjadi pola garis (coret-coret) rapat melintang merah sawo-matang sampai kecoklatan di atas warna pucat keputihan bulu-bulu perut dan kaki. Berbulu pada kaki menutup tungkai hingga dekat ke pangkal jari. Ekor kecoklatan dengan empat garis gelap dan lebar melintang yang nampak jelas di sisi bawah, ujung ekor bergaris putih tipis. Betina berwarna serupa, sedikit lebih besar. Iris mata kuning atau kecoklatan, paruh kehitaman, sera (daging di pangkal paruh) kekuningan, kaki (jari) kekuningan. Burung muda dengan kepala, leher dan sisi bawah tubuh berwarna coklat kayu manis terang, tanpa coretan atau garis-garis. Bunyi suara nyaring tinggi, berulang-ulang, klii-iiw atau ii-iiiw, bervariasi antara satu hingga tiga suku kata. Atau bunyi bernada tinggi dan cepat kli-kli-kli-kli-kli. Sedikit banyak, suaranya ini mirip dengan suara Elang Brontok meski perbedaannya cukup jelas dalam nadanya.
Sebaran elang ini terbatas di Pulau Jawa, dari ujung barat TUNK (Taman Nasional Ujung Kulon) hingga ujung timur di Semenanjung Blambangan Purwo. Namun demikian penyebarannya kini terbatas di beberapa wilayah dengan hutan primer dan di daerah perbukitan berhutan pada peralihan dataran rendah dengan pegunungan. Sebagian besar lainnya ditemukan diseparuh belahan selatan Pulau Jawa. Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) ini juga menyukai ekosistem hutan hujan tropika yang selalu hijau, di dataran rendah maupun pada tempat-tempat yang lebih tinggi. Mulai dari wilayah dekat pantai seperti di Ujung Kulon dan Meru Betiri, sampai ke hutan-hutan pegunungan bawah dan atas hingga ketinggian 2.200 m dan kadang-kadang 3.000 m dpl. Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) ini menyukai hidup pada wilayah perbukitan yang berlereng. Burung Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) ini sangat tergantung pada keberadaan hutan primer sebagai tempat hidup dan berkembang-biaknya, sehingga tanpa hutan hijau tak ada kehidupan bagi kelangsungan hidup dan kehidupannya – sustainability-nya.
Pada umumnya tempat tinggal elang jawa sukar untuk dicapai manusia walau sesungguhnya tidak s jauh dari lokasi aktivitas manusia. Walaupun ditemukan elang yang menggunakan hutan sekunder sebagai tempat berburu dan bersarang, akan tetapi letaknya berdekatan dengan hutan primer yang luas. Burung Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) adalah burung pemangsa, dan mereka berburu dari tempat bertenggernya di pohon-pohon tinggi dalam hutan. Dengan sigap dan tangkas menyergap aneka mangsanya yang berada di dahan pohon maupun yang di atas tanah, seperti pelbagai jenis reptil, burung-burung sejenis walik, punai, dan bahkan ayam kampung. Juga mamalia berukuran kecil sampai sedang seperti tupai dan bajing, kalong, musang, sampai dengan anak monyet. Masa bertelur tercatat mulai bulan Januari hingga Juni. Sarang berupa tumpukan ranting-ranting berdaun yang disusun tinggi, dibuat di cabang pohon setinggi 20-30 di atas tanah. Telur berjumlah satu butir, yang dierami selama kurang-lebih 47 hari. Pohon sarang merupakan jenis-jenis pohon hutan yang tinggi, seperti rasamala (Altingia excelsa), pasang (Lithocarpus dan Quercus), tusam (Pinus merkusii), puspa (Schima wallichii), dan ki sireum (Eugenia clavimyrtus). Tidak selalu jauh berada di dalam hutan, ada pula sarang-sarang yang ditemukan hanya sejarak 200 sampai 300 m dari tempat rekreasi masyarakat disekitarnya.
Munkinkah kita memetaforkan bahwa sang burung Elang Jawa (Spizaetus bartelsi)
adalah elit pimpinan Indonesia yang ‘memangsa’ apapun sumber hidup dan kehidupan disekitar rentang wilayah hidupnya? Melihat peluang/opportunity dari ketinggian pada posisi elit pemerintahan pusat/daerah lalu menerkam mangsnaya tanpa ampun untuk kemudian disantap bagi kelangsungan hidupnya sendirian?
adalah elit pimpinan Indonesia yang ‘memangsa’ apapun sumber hidup dan kehidupan disekitar rentang wilayah hidupnya? Melihat peluang/opportunity dari ketinggian pada posisi elit pemerintahan pusat/daerah lalu menerkam mangsnaya tanpa ampun untuk kemudian disantap bagi kelangsungan hidupnya sendirian?
3. Elang Jawa Satwa yang Dilindungi
Mengambil sumber dari http://id.wikipedia.org/wiki/Elang_Jawa, didapatkan informasi bahwa Elang Jawa adalah Satwa yang Dilindungi serta tempat tinggalnya masuk dalam wilayah konservasi di Indonesia. Ketentuan hukumnya juga sangat jelas, kitapun wajib untuk mempelajarinya sebagai berikut:
a) Barangsiapa dengan Sengaja menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki;
b) Dengan Sengaja memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh, atau bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia; (Pasal 21 ayat (2) huruf d), diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal 40 ayat(2)).
Sebagai hewan yang masuk kedalam ketegori satwa langka yang harus berada didalam area konservasi, Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) adalah methapor/simbol nyata dari kondisi Indonesia hari ini yang telah hampir “memusnahkan” kekayaan intelektualnya sendiri warisan dari para founding fathers Soekarno-Hatta. Bila burung Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) dalam kesehariannya sekarang harus dikonservasi, maka tak beda dengan yang disimbolkannya sebagai Indonesia, harus mulai mengkonservasi nilai-nilai luruh dari makna filosofis Garuda Pancasila yang terasa sudah mulai amat luntur di Indonesia? Namun siapakah dari kita rakyat yang akan memulai pengkonservasiannya bila kita sudah tidak mungkin lagi banyak berharap pada elit pemerintah? Karena power tends to corrupt dan absolute power curropts absolutely! Dibutuhkan segera seorang leader with a strong vision dan a strong leadership as well. Sudahkah Presiden SBY memenuhi criteria tersebut atas nama dan untuk seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali – dilaur sekedar kompak dan berbagi didalam sisa Rezim Orde Baru dan Rezim baru yang dibentuknya? Bila sudah tentu kita tak harus mempertanyakan keterlibatan aktif Sri Mulyani dan Boediono terkait Korupsi dana talangan Bank Century Rp 7,3 Trilun,- yang diduga terkait dengan kampanye Pilpres kelompoknya tahun 2009 yang lalu bukan? Wallahualam bissawaab…
4. Elang Jawa pada HUT Presiden SBY
Terus apa hubungannya Elang Jawa tadi dengan HUT Presiden SBY dan kejadian menangisinya? Rasanya akan seperti itu pertanyaan yang mungkin akan dilontarkan oleh anda semua para pembaca tulisanku ini.
Pasangan SBY-Boediono adalah pemenang Pres dan Wapres versi Pipres 2009-2014 yang baru saja kita lewati tanpa gejolak yang terlalu berarti – kecuali dibumbui sedikit dengan aroma bom Mariot dan Ritz sehingga membuat bertambahnya kehadiran marinir Amerika Serikat masuk keperairan NKRI dengan alasan ancaman laten terorisme fundamentalis Islam jaringan Jamaah Islamiah ‘temannya’ Al Qaida. Sebagai umma Islam yang menginternalisasi nasionalisme Indonesia, hari ini – ditambah dengan ambivalensi penegakan hukum konstitusional yang menlokomotifkan politik – membuat gejolak emosi dalam faith dan believe menjadi ‘meledak-meletup.’ Sifat Elang Jawa yang memangsa semuanya dan menangkap mangsa dengan ‘strategi tukik’ sangat tajam dengan ketepatan tinggi hanya dimiliki oleh mereka yang pernah berlajar serta lulus Ilmu Manajemen Strategik. Akan menjadi sempurna bila seorang militer yang memperlajarinya semacam Presiden SBY tatkala mengambil S2 beliau di Webster University, Amerika Serikat jurusan Strategic Management. Karenanya tidaklah mengherankan kalau sekedar membobot BSC (Ballance Scored Card) menjadi a piece of cake bagi beliau. Namun bukan berarti seorang Master yang menguasai BSC akan juga berarti sangat master dalam bidang HRSC (Human Resource Scored Card). Terbukti dengan kasus yang menurut saya sebagai mahasiswi pasca sarjana IPB memalukan bagi seorang Doktor lulusan terbaik dengan IPK 4 bulat jurusan Fakultas Ekonomi Pertanian ketika harus mengeluarkan 2 outputs yang sangat tidak scholarly, yaitu: (1) Kasus Blue Energy; dan (2) Kasus Padi Super Toy. Bilamana Presiden SBY menguasai bidang keilmuan pembobotan SDM (Sumber Daya Manusia) tentu akan lebih senang bergaul dengan LIPI (Lembaga ILmu Pengetahuan Indonesia) dan para Professors dari berbagai respectable universities didalam negeri dibandingkan dengan “sekedar cepat percaya” dengan Bapak Heru Lelono salah seorang penasihat pribadi beliau dari Cekeas Center, Bogor! Sehingga kesalahan yang sangat fundamental seperti itu dapat dihindari. Kedepannya tentulah logo atau simbol dari burung Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) menginginkan Indonesia mampu tajam melihat peluang serta menjawab tantangan zaman dengan cara bergandengan tangan dengan seluruh institusi riset dan universitas didalam negeri. Bukan sekedar mendengarkan – nyuwun sewu Mas Heru – ‘konsultasi bathiniah’ seorang Heru Lelono (with all of my respects to him).
5. Elang Jawa bagi Rakyat Adil-Makmur-Sentosa
Bagian dari satu set tulisan ini kuperntukkan khusus bagi Prof. Dr. Mahfud MD, SH, SU my inspiration dalam bidang Ilmu Hukum Konstitusi pasca kepulangan dari Gedung Mahkamah Konstitusi tanggal 9/9/2009 lalu. Ketika sebuah buku lama bersampul hijau warna PKB berjudul Demokrasi dan Konstitusi – menjelang lusuh – kutemukan lagi diruang TV bawah ditempat diaman aku baisa menemani Ikang Fawzi suamiku menonton TV sambil membaca buku “ekosobkum” membuat mala mini aku terus-menerus melakukan tarikan benang merah atas apa yang ditulis beliau didalam proses pencarian dari kegelisahan hukum yang ditulis beliau untuk thesis S2 dari Fakultas Sosial-Politik UGM dan apa yang beliau katakana langsung tertanggal tanggal 9/9/2009 lalu – demi menjaga stabilitas dan keamanan Indonesia menjelang pelantikan Presiden tanggal 20 Oktober 2009 besok ini! Memang beliau tidak leterlijk mengatakan demikian namun inti yang saya simpulkan adalah seperti itu. Setelah Prof Mahfud menyatakan kalau register PHPU (Perselisihan Hasil Pemilihan Umum) tidak ditutup maka seluruh Indonesia akan kembali berbondong-bondong mendaftarkan sengketanya, jadi diminta agar melanjutkan dengan tuntutan pidana saja terhadap KPU dan yang terkait dengan delik pidana penggelapan hukum, dan lain sebagainya.
Saya memang mencoba tersenyum bijak saat itu saat melihat aura wajah teduh Prof Mahfud yang selama ini saya kagumi buah pikiran kristis didalam buku-buku yang ditulisnya dengan kenyataan yang membuat sadar bahwa begitu kita ‘terjerumus’ kedalam sebuah sistem maka diri kita adalah refleksi atas personifikasi value dari sistem tersebut. Untuk detail dari berbagi cerita/pengalaman perbincangan saat perjumpaan eksklusif tersebut akan saya buat didalam tulisan terpisah agar tidak bias. Hanya inti dari apa yang hendak saya katakana disini adalah bahwa Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) yang memberikan rakyatnya pada kondisi adil-makmur-sentosa, wa bil khusus adil … ternyata dibelahan manapun di Indonesia dalam konteks hari ini adalah “UTOPIA” (angan-angan) belaka!
6. Elang Jawa dalam Pribadi Bangsaku
Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) adalah: (1) burung pemangsa, yang bertenggernya di pohon-pohon tinggi dalam hutan; (2) dengan sigap dan tangkas menyergap aneka mangsanya yang berada di dahan pohon maupun yang di atas tanah, seperti pelbagai jenis reptil, burung-burung sejenis walik, punai, dan bahkan ayam kampung. Juga mamalia berukuran kecil sampai sedang seperti tupai dan bajing, kalong, musang, sampai dengan anak monyet; (3) yang masa bertelur tercatat mulai bulan Januari hingga Juni; (4) yang memiliki sarang berupa tumpukan ranting-ranting berdaun yang disusun tinggi, dibuat di cabang pohon setinggi 20-30 meter di atas tanah; (5) yang sarangnya berada pada jenis-jenis pohon hutan yang tinggi seperti rasamala (Altingia excelsa), pasang (Lithocarpus dan Quercus), tusam (Pinus merkusii), puspa (Schima wallichii), dan ki sireum (Eugenia clavimyrtus). Burung Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) ini juga merupakah burung yang solitude, penyendiri yang lebih sering sendiri ditengah keramaian.
Terkesima saya begitu mengingat logo Partai Demokrat dengan Burung Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) yang melekat pada simbolnya. Elang yang penyendiri, yang jeli, yang sigap, yang cermat yang sangat Strategic Thinking karena dapat melihat dengan jernih dari ketinggian diatas sana. Pertama logo Demokrat yang Berketuhanan dengan logo segitiga menuju ‘Tauhid’ diujung atasnya, kemudian ada warna bendera merah-putih didalamnya menunujukkan kenasionalis-religiusannya. Wahai… siapakah sang pencipta simbol yang baru kusadari belakangan akan makna terdalamnya? Two thumbs-up untuk dirinya! Namun begitu dilekatkan sang Elang Jawa bersamanya, maka kedua ujung alis mataku tiba-tiba mendadak langsung menjadi satu ditengah dahi. Seketika kusadari “karakter sigap” dari sang Elang yang sigap dan tangkas menyergap aneka mangsanya yang berada di dahan pohon maupun yang di atas tanah: (1) berbagai jenis reptil; (2) burung-burung sejenis walik, punai: (3) dan bahkan ayam kampung; (4) mamalia berukuran kecil sampai sedang seperti tupai dan bajing, kalong; (5) musang; (6) sampai dengan anak monyet. Menyiratkan methapore dari filosofi Presiden SBY seperti tertulis didalam bukunya yang ditulis oleh Dr. Dinno Pati Djalal berjudul “Harus Bisa.” Bukankah kemudian kita sadari bahwa semangat ‘harus bisa’ berarti sama halnya dengan menghalalkan segala cara demi untuk mencapai tujuan? Bukankah didalam menghalalkan segala cara apapun halangan dan rintangan akan dengan sigap ‘dimakan’ atau dilibas?
Seharusnya bila memang sang Elang Jawa itu menjadi simbol negara yang kita anggap mewakili karakter bangsa Indonesia, maka sebagai bangsa yang ‘merdeka dan berdaulat’ seharusnya kitapun dengan kejelian serta kesigapan tinggi akan mampu tampil seperti bangsa Yahudi yang memiliki kemakmuran yang tak tertandingi diseluruh dunia hari ini. Karenanya keberadaan sebagai simbol negara, masihkah sang Elang Jawa identik melekat dalam ‘Pribadi Bangsaku’? Bukankah kita semua sedang selalu kalah dan disantap oleh kelompok ‘predator’ lain yang lebih kuat layaknya seperti dalam mata rantai makanan dalam Ilmu Biologi?
Sesuatu menyantap siapa dalam konteks bagaimana dan tujuan apa?
Ataukah memang sang burung Elang Jawa memang hanya akan menjadi simbol karakter golongan tertentu dari suku bangsa Jawa tertentu untuk hari ini dan kedepannya? Apakah itu takdir kita sebagai bangsa dari Negara Kesatuan yang Bhineka dan Tungal Ika?
Press. Hal 104
Bogor: Biodiversity Conservation Project (LIPI-JICA-PKA). Hal 48
Rabu, 15 Juni 2011
"Chikita Kami yang Kini Berjilbab di Malaysia: Marissa Haque & Ikang Fawzi"
Chikita Fawzi, Ikang Fawzi dan Hadiah Kamera dari Ibu Marissa Haque, Screen shot 2011-06-16 at 12.18.20 AM
Fabiayyi ala'irobbi kumma tukadzdzibaaan...
ni'mat mana lagi yang akan engkau dustakan wahai manusia... Tidak ada Ya Allaaah...tidak adaaaa..."Chikita Kami yang Kini Berjilbab di Malaysia: Marissa Haque & Ikang Fawzi"
Sumber:http://marissahaque-kiki-inspirasi.blogspot.com/
Sumber:http://marissahaque-kiki-inspirasi.blogspot.com/
Ikang Fawzi Ternyata Juga Berdarah Mandar: TRIBUN-TIMUR.COM (Makassar)
Tribun Timur - Jumat, 11 Maret 2011 00:16 WITA
Share |
MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM -
Penyanyi rock Ikang Fawzi ternyata memiliki darah Mandar. Ayahnya Fauzi Abdul Rani yang juga mantan Duta Besar RI untuk Pakistan adalah pria asal Sulawesi Barat namun sejak kecil menetap di Kalimantan.
Suami Marissa Haque itu mengungkapkan hal ini kepada Tribun saat ia mengunjungi wahana permainan Trans Studio Makassar.
"Kalau ke Sulawesi itu serasa pulang kampung, soalnya ayah saya itu orang Sulawesi Barat. Dia suku Mandar. Saya juga akhirnya banyak tahu tentang Mandar," kata Ikang didampingi Marissa Haque.
Politisi Partai Amanat Nasional ini juga menggarap album yang rencananya diluncurkan di Liquid Cafe Grand Clarion Hotel and Convention dalam waktu dekat. Nama albumnya ini BIL dan salah satu judul lagunya Hancur.
"Tema album saya ini sosial. Judul lagu Hancur itu untuk menggambarkan rakyat yang sudah hancur hatinya karena terus dijanji pemerintah," jelasnya.
Untuk produksi dan distribusi album ini, pengurus Kamar Dagang dan Industri ini berencana menggandeng toko buku terbesar di Indonesia, Gramedia.
Penulis : Edi Sumardi
Editor : Amir Pallawarukka
Sumber(2): http://makassar.tribunnews.com/2011/03/11/ikang-fawzi-mengaku-berdarah-mandar
Jumat, 10 Juni 2011
Berdilomasi Melalui Penulisan Esei: Marissa Haque Fawzi
Baru kusadari beberapa hari terakhir ini ketika seorang teman yang dekat di hatiku dari FH UGM mengirimiku sms yang berbunyi: "Mbak Icha sayang...kelihatannya para alumni dari Unika Atmajaya Jakarta itu punya ciri yang sama deh yaitu suka menulis!"
Hhmmm...iya juga ya?
Namun saya menyukai dunia tulis-menulis jauh sebelum menapaki kaki mengambil S2 ku yang pertama di kampus tersebut. Tapi....memang, setelah gabung dalam pembelajaran di kampus tersebut, kemampuan dan kesenanganku menulis menjadi semakin terasah. Khususnya karena Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan di sini terkenal salah satu yang terbaik di Indonesia, sayapun mengambil S2 dari jurusan LTBI singkatan dari Linguistik Terapan Bahasa Inggris.
Tak hanya diriku Dari LTBI, ternyata adik kelasku dari FE (Fakultas Ekonomi) bernama Angelina Sondakh jua sangat produksitf sekarang dalam dunia penulisa buku. Memang banyak yang memcingkan mata ketika tulisannya melulu soal keluarga dan dirinya. Tapi saya pikir mereka yang sinis itu hanya iri kepada Angie yang cerdas serta produktif!
Iri sebenarnya hanyalah pertanda dari tak mampu...hehe... Jadi, kalau mereka iri jawabannya sebenarnya hanya satu yaitu "menulis juga dong!" Beradu karya melalui budaya menulis pasti akan positif. Daya nalar serta kreasi sportif pasti akan mengemuka, dan dampaknya akan menepis hal negatif lainnya. Sehingga tanpa ragu-ragu saya berani mengajak anda semua untuk bergabung bersama dalam dunia positif yang saya sekeluarga sukai, yaitu: "Ayo Memulis!"
Jumat, 03 Juni 2011
"I can talk to my enemy": Fawzi Abdulrani
Kedua anak-anak kami alhamdulillah memiliki kemampuan diplomasi yang lebih baik dari ayah dan ibunya. Rasanya semua itu menurun dari kakeknya yang seorang diplomat karir lulusan Sesdilu (sekolah dinas luar negeri).
"I can talk to my enemy," demikian selalu Dato' Fawzi menginspirasi kami untuk melakukan gerakan zero enemy demi mencapai tujuan... Bisakah kami berdua (Ikang Fawzi dan Marissa Haque), mengadopsi ilmu tersebut? Wallahualam...bissawab...
"I can talk to my enemy," demikian selalu Dato' Fawzi menginspirasi kami untuk melakukan gerakan zero enemy demi mencapai tujuan... Bisakah kami berdua (Ikang Fawzi dan Marissa Haque), mengadopsi ilmu tersebut? Wallahualam...bissawab...
Senin, 30 Mei 2011
Diplomasi Pendidikan Moral-spiritual Melalui Musik: Ikang Fawzi & Marissa Haque
Memang Seru!
Lagu di bawah ini adalah salah satu pendidikan moral-spiritual Ikang Fawzi dan tim "Catatan si Boy" dalam lagu dan film. Tayangan di on-air kan semalam pada tanggal 28 Mei 2011. Pesona Ikang Fawzi suamiku dan sihir musik kenapa tidak secara berkelanjutan menjadi diferensiasi LP3 I ya?
Semoga ide kami ini ini positif adanya.
Allahu Akbar!
Terimakasih banyak TransTV...Terimakasih sangat besar Telekomsel...
Sukses Terus...
The Show of Ikang Fawzi (Husband of Marissa Haque) and Andi Rif on TRANS TV for 16th Telekomsel Birthday, 28-05-2011 08.00 PM
Lagu di bawah ini adalah salah satu pendidikan moral-spiritual Ikang Fawzi dan tim "Catatan si Boy" dalam lagu dan film. Tayangan di on-air kan semalam pada tanggal 28 Mei 2011. Pesona Ikang Fawzi suamiku dan sihir musik kenapa tidak secara berkelanjutan menjadi diferensiasi LP3 I ya?
Semoga ide kami ini ini positif adanya.
Allahu Akbar!
Terimakasih banyak TransTV...Terimakasih sangat besar Telekomsel...
Sukses Terus...
The Show of Ikang Fawzi (Husband of Marissa Haque) and Andi Rif on TRANS TV for 16th Telekomsel Birthday, 28-05-2011 08.00 PM
Minggu, 29 Mei 2011
Nurul Arifin Prihatinkan Lemahnya Diplomasi Film RI
Minggu, 20 Februari 2011 18:40 WIB | 2248 Views
Sumber: http://www.antaranews.com/berita/246877/nurul-arifin-prihatinkan-lemahnya-diplomasi-film-ri
Jakarta (ANTARA News) - Mantan Artis Film yang kini Anggota DPR RI, Nurul Arifin, mengaku prihatin karena lemahnya diplomasi RI soal film, sehingga kita sebagai masyarakat global bisa terisolasi di sektor ini, bahkan bisa berentet pada bidang lain.
Ia mengatakan itu kepada ANTARA di Jakarta, Minggu, menanggapi protes Ikatan Perusahaan Film Impor dan Asosiasi Produser Film Amerika (MPA) terhadap kebijakan Ditjen Pajak RI tentang bea masuk serta distribusi film-film impor.
Akibat kebijakan itu, kini tidak ada lagi film luar negeri, baik itu produksi Hollywood maupun non Hollywood beredar di bioskop-bioskop Indonesia.
"Saya prihatin, karena masalah bea masuk dan pajak seharusnya bisa dibicarakan dulu baik-baik," kata Nurul Arifin.
Anggota Fraksi Partai Golkar tersebut lanjut menilai, ini merupakan bukti kelemahan diplomasi kita.
"Sebab, jika hal tersebut dilakukan dengan `approach` yang baik, pasti pihak pengedar akan mengerti," ujarnya.
Sekarang, demikian anggota Komisi II DPR RI ini, kita seperti masyarakat global yang terisolasi.
"Ini akibat kebijakan yang dilakukan dengan tidak cerdas. Dan `kalo ini tidak cepat diselesaikan, maka yang menanggung kerugian kita juga," katanya.
Nurul Arifin lalu menunjuk sejumlah kalangan yang bisa terkena dampak lngsung dari kebijakan tak cerdas itu, yakni, pekerja bioskop, penonton dan distributor.(*)
(M036/A041)
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © 2011
COPYRIGHT © 2011
Sabtu, 28 Mei 2011
Lucu Juga! (Diplomasi Berbalas ‘Pantun’ untuk Fitnah di detik.com tentang Keturunan Yahudi *)
"Terimakasih Perancis untuk Bentuk Leher dan Hidungku: Marissa Haque"
Terimakasih Perancis...terimakasih ...Ya Allah... kelu terasa lidah ini kala seorang sahabat almarhumah Ustadzah Yoyoh Yusroh dari PKS suatu saat di Komisi 8 DPR RI saat lalu mengingatkan kepadaku, sebagai berikut: "... mbak Icha...Hai Ukhti Marissa Haque...pernahkah kamu sadari bahwa bentuk leher jenjangmu itu, serta bentuk cuping hidung mu itu adalah anugerah luar biasa dari Allah Azza wa Jalla melalui nenek Perancis-Belanda-mu kepadamu agar kamu mampu bersyukur. Bahwa semuanya hanyalah titipan-Nya semata, tidak lebih! Serta janganlah kau bersombong oleh karenanya..."
Ya Allah aku ingin selalu bersyukur setiap detik... I love Thee every second...
Allahu Akbar!
Memang ... saya sering diledek oleh oknum tertentu kalau suara saya tak merdu serta tak mampu bernyanyi. Hehe...biarlah... walau sebenarnya, saya memang sangat ingin mampu bernyanyi sebagaimana halnya Ikang Fawzi suamiku, Bella dan Kiki kedua anak-anakku, atau kerabat lain yang dekat di hati. Namun tentu, tak bisa bernyanyi bukan berarti dunia berhenti berputar! Juga tak lantas membuatku bersedih. Karena bukan rezekiku dan menerima takdir bahwa Allah SWT ternyata memang tidak menitipi bakat bernyanyi untukku. Not a big deal-lah! Namun apapun yang dititipkan-Nya serta yang embeded (melekat) dalam diri ini sselamanya akan menjadi 'penanda' bagi seluruh kehidupanku. Alhamdulillaaaaaah... selalu kusyukuri setiap detiknya dengan sepenuh jiwa raga. Terimakasih Ya Allah... Terimakasih Perancis Terimakasih Papa dan Mama, terimakasih Opa dan Oma, terimakasih Eyang Kakung dan Eyang Putri... matur nuwun sanget nggih... jazakumullah khoir... mercy beaucoup...
Oma Charlotte...Opa Sirajul... I will see both of you one day.
Papa Allen... I owe you and I miss you so much... terimakasih untuk darah India (Islam), dari Opa Sirajul Haque dan darah Belanda-Perancis (Katolik cum Mu'alaf Islam) dari Oma Charlotte Louis Poittier yang mengalir melaluimu. Juga darah Jawa-timuran (Madura) dari Mama Mieke. Nama Islam Papa Allen yang tertulis sebagai Misbah Ul Haque sangat indah, dan kata Pak Ustad Rodzi di Malang, Jatim bermakna lampu terang yang menerangi hak! Tak heran Pa...kalau dalam hidup saya selalu ingin menerangi banyak sudut gelap dalam hidup ini. Allahu Akbar! Luv u full Pa... Ma...
dan
* Yang bukan-bukan saja bagi mereka yang iseng melempar isu tersebut. Patut diduga bahwa mereka kelebihan waktu (mungkin juga pengangguran), sampai tega mengatakan saya keturunan Yahudi... masya Allah...
Namun saya memaafkan anda! Semoga tulisan mini-ringan ini dapat menerangi anda saudaraku... istighfar segera ya kalau anda seorang Muslim! > (berita didapatlan di: http://forum.detik.com/showthread.php?p=13284413)
Jumat, 27 Mei 2011
Bukan Diplomasi tapi Sungguhan: Marissa Haque
A special note to Adinda Ferry Ariefuzzaman yang baik...
Cukup Sekali di Pilkada, Kini Marissa Haque Bercita-cita Jadi Hakim MK bidang Hukum Bisnis
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA–Marissa Haque menegaskan bahwa dirinya tidak akan terjun lagi dalam ajang pemilu kepala daerah (pilkada) di Banten. Menurut dia, keikutsertaannya dalam pilkada Banten beberapa waktu lalu cukup sebagai pembelajaran dalam hidupnya.
”Jadi saya ucapkan terima kasih kepada Pak Suhaemi mantan Kajati Banten yang telah mempercayai saya,” ujarnya “Mungkin waktunya kurang tepat,” tegas Marissa saat berkunjung ke kantor Republika di Jakarta Jumat (18/3)
Marissa menuturkan saat kini ia tengah berkonsentrasi penuh untuk menyelesaikan studi S2 nya di UGM di dua fakultas, yaitu Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi Bisnis. ”Fokus saya saat ini ke situ,” tambahnya.
Ia juga mengungkapkan cita-cita besarnya saat ini adalah ingin berkarier sebagai hakim di Mahkamah Konstitusi (MK). ”Saya melihat di MK saat ini belum ada Ahli Hukum Bisnis. Sembilan hakim di MK adalah ahli Hukum Tata Negara, Hukum Pidana dan Hukum Perdata. Belum ada dari Hukum Bisnisnya, yang nantinya spesialisasi insya Allah pada Hukum Ekonomi Syariah,” ujar Marissa.
”Jadi saya ucapkan terima kasih kepada Pak Suhaemi mantan Kajati Banten yang telah mempercayai saya,” ujarnya “Mungkin waktunya kurang tepat,” tegas Marissa saat berkunjung ke kantor Republika di Jakarta Jumat (18/3)
Marissa menuturkan saat kini ia tengah berkonsentrasi penuh untuk menyelesaikan studi S2 nya di UGM di dua fakultas, yaitu Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi Bisnis. ”Fokus saya saat ini ke situ,” tambahnya.
Ia juga mengungkapkan cita-cita besarnya saat ini adalah ingin berkarier sebagai hakim di Mahkamah Konstitusi (MK). ”Saya melihat di MK saat ini belum ada Ahli Hukum Bisnis. Sembilan hakim di MK adalah ahli Hukum Tata Negara, Hukum Pidana dan Hukum Perdata. Belum ada dari Hukum Bisnisnya, yang nantinya spesialisasi insya Allah pada Hukum Ekonomi Syariah,” ujar Marissa.
Rep: Rahmat Santosa B
Sumber: http://www.republika.co.id/berita/sengga…
Uji Coba Diplomasi Kecil-kecilan Melalui Warna: Ikang Fawzi & Marissa Haque
Mencoba berdiplomasi untuk menunjukkan kepada semua orang bahwa orang yang kita kasihi itu selalu ada di hati melalui warna baju (kembaran)...kenapa tidak?
Kami sering mencobanya...jauh sebelum gaya baju lebaran sarimbitan menjadi populer belakangan ini..hehe...memang efektif sih! Contoh yang sangat cantik dilakukan oleh pasangan Ibu dan Bapak RI 1 kita Presiden SBY dan Bu Ani, juga Angelina Sondakh dengan almarhum suaminya Adjie Massaid...
Kami sering mencobanya...jauh sebelum gaya baju lebaran sarimbitan menjadi populer belakangan ini..hehe...memang efektif sih! Contoh yang sangat cantik dilakukan oleh pasangan Ibu dan Bapak RI 1 kita Presiden SBY dan Bu Ani, juga Angelina Sondakh dengan almarhum suaminya Adjie Massaid...
Kenangan Berdiplomasi 'Mencuri' Hati Ibu Mertuaku: Marissa Haque Fawzi
"Praktik Diplomasi sang Calon Menantu"
Sering secara sambil bercanda saya ungkapkan kepada Ikang Fawzi suamiku, bahwa ilmu diplomasi dari Dato' Fawzi dengan sengaja saya coba terapkan kepada ibunya--Ibu Mertuaku terkasih Ibu atau Mbah Yuya Moe'min.
Lalu sambil melihat serius secara curious, Ikang Fawzi suamiku meletakkan majalah Tempo yang ada di tangannya. Suamiku tahu kalau sudah begitu saya pasti sedang ingin bercanda dan berdekat-dekatan dengannya dalam menghabiskan waktu di malam hari tenang di rumah kami di Pelangi Bintaro, Tangsel, Banten.
Saya katakan bahwa di saat pertama berjumpa dengan Ibu almarhumah, sejujurnya saya merasa agak takut. Karena penampilan Ibu layaknya Ibu pejabat di era Presiden Soeharto yang anggun dan penuh kharisma.
Selain itu sayapun mendengar langsung dari pacarku (saat itu), bahwa mantan pacarnya di saat lalu dari Satra Cina atau Sinologi UI (Universitas Indonesia), juga sangat takut kepada Ibu almarhumah. Waddduuuhh... bathinku saat itu.. gawat nih! Hehe...Kata pacarku itu, Ibu almarhumah tidak suka kepada--sorry Chris...just to be honest to everybody who read this blog--bahwa Ibu Yuya sangat tersinggung kepada Ibunya Christine Panjaitan yang menolak anaknya untuk merencanakan pernikahan atau getting more serious in their relationship. Ibu Yuya merasa anak lelaki tersayangnya tidak layak menderita dalam hubungan rahasia alias back street yang terpaksa mereka lakukan selama itu! Kalau Christine Panjaitan yang cantik serta bersuara merdu itu gagal dalam melakukan pendekatan kepada Ibu Yuya, maka saya memang bertekad kuat untuk berhasil menaklukan hatinya.
Kala itu, Ikang Fawzi pacarku mengatakan bahwa Christine Panjaitan memang telah berusaha melakukan pendekatan, namun memang tidak optimal, karena karakter Chris berbeda dengan saya yang memang bisa sangat ramai serta hangat kala bertegur-sapa dengan siapapun atau lebih tepatnya tidak meraa tinggi hati untuk bersedia menegur-sapa duluan. Waaaah...tentu 'kembang-kempis' cuping hidungku mendengar pujian ikhlas semacam itu. Karena dorongan semangat dari pacarku Ikang Fawzi, maka saat itu action "cito" alias segera karena urgent untuk meng-approach langsung kukerjakan.
Setiap kali datang maka selalu ada 'semacam buah tangan' yang kubawa untuk beliau. Untunglah saat itu undang-undang menyangkut gratifikasi belum ada...hehe...hingga tak perlu saya harus ditangkap KPK karena melakukan upaya penyuapan...hehehe... Konyol memang! Karena saya kan saat itu adalah mahasiswi dari Fakultas Hukum dari Universitas Trisakti, Jakarta. Dan tahu kalau hal tersebut terjadi di ranah peradilan Indonesia, mengakibatkan perlakuan tidak adil dan setara dalam mendapatkan hasil keputusan hakim yang signifikan penuh dengan asas equality before the law...hehehe... Namun Ikang Fawzi suamiku mengatakan tanpa 'diplomasi' "membawa ini dan itu" pun Ibu Yuya sudah jatuh hati kepadaku yang sangat "perempuan" katanya.
Nah! "Sangat perempuan" yang dimaksud sebenarnya adalah bahwa saya sangat menyukai juga pekerjaan domestik semisal: (1) membuat kue; (2) membuat pangan serba Italia; serta (3) punya hobi mengumpulkan resep aneka kuliner dunia termasuk jejamuan (secara khusus Jamu Madura). Karena Chris sang mantan suamiku konon kata Ibu almarhumah, tidak memiliki semua yang kumiliki kecuali suara merdunya semata (dan tentunya cantik juga). Saat itulah kumantapkan hati dengan mengatakan:"... you got it!"
Artinya, disanalah entry point-ku melalui kemenanganku atas Chris yang saat itu sangat kuketahui masih sering menghubungi Ikang Fawzi pacarku melalui telepon ke rumahnya di jl. Benteng Garuda, Pasar Minggu atau melalui Kakak Ikang tertua bernama Kak Uttie dengan bertelpon ke PT. Japex (Japan Petroleum Exploration) di Jakarta.
Ah, Ikang Fawzi suamiku memang lelaki baik dan tak pernah ingin 'membuang' Chris di tengah 'kepatah-hatiannya'atas diterimanya lamaran calon suami pilihan keluarga Bataknya. Namun tentu apa yang mereka lakukan menyakiti hati terdalamkulah! I never know how much they still love each other di saat saya sudah resmi diterima oleh keluarga Fawzi. Mungkin karena Chris memang bersuara merdu sebening genta gereja, atau karena untuk ukuran general perempuan Batak Chris memang kuakui cantik. Kalau untuk urusan cantik memang Ikang Fawzi pacaraku saat itu punya semacam 'kelebihan' tertentu, dimana matanya tak pernah salah dalam menilai yang cantik dan yang seksi...hehe...termasuk yang serba merdu...hehehe. (again!). Dan saya memang sampai sekarang sering protes kepada 'kelebihan' Ikang Fawzi suamiku itu ... Bahkan saya mengancam akan meninggalkannya melalui cara salah satunya menerima tawaran main film ke Amerika Serikat dari Bapak Hatoek Soebroto untuk film berjudul "Arini Masih Ada Kereta yanga Akan Lewat"--akhirnya film tersebut dibintangi oleh mbak Widyawati & Rano Karno--menjadi pemeran utama bersama Adi Bing Slamet. Dan saya sampaikan kepada Ikang Fawzi pacarku bahwa sebaiknya dia tetap serius dengan Chris dan bertekad mendekati terus secara serius hati Ibu Yuya dengan cara apapun juga. Saya tidak mau menjadi 'ban serep' cinta. Wa bil khusus, karena saat itu sayapun punya "teramat-sangat-kelewat" banyak 'penggemar' setia yang menunggu uluran balasan cinta dariku. Kumbang-kumbang yang datang tersebut beraneka ragam 'bentuk'-karakter-agama-suku nya. Yah...alhamdulillah memang saat itu sayapun sedang naik daun dan memiliki pula pengagum yang sangat banyak, sehingga merasa tak akan kesulitan dalam memilih pasangan untuk insya Allah suamilah begituuuu... Ikang Fawzi pacarku kusaksikan memang sangat panik mendengar keberatan hati serta penjelasanku! Hal tersebut memang kusengaja karena sejujurnya saya tidak merasa nyaman dengan keberlanjutan kehadiran Christine Panjaitan dalam keluarga Ikang Fawzi pacarku, karena bukankah saat itu mereka sudah putus dan saya telah menjadi pacar resminya? Kalau saat itu saya hadir dalam kehidupan seorang duda beranak--seperti manatan pacarku sebelum Ikang Fawzi--tentu saya tak akan merasa 'gerah' karena jelas statusnya seorang duda cerai! Lhaaa... kalau mereka kan bedaaaa... mana seluruh lagu-lagu yang dibawakan Chris saat itu (yang digubah oleh Bang Rinto Harahap) sebagian besar 'seakan' bercerita tentang kepatah hatian dia dan 'meleleh' bersama bedua dalam cinta abadi! Saya harus memohon maaf secara serius kepada Bang Rinto kalau suatu saat bertemu lagi di Medan bersama mbak Vonny Waluyo sang EO alumni LP3I Banda Aceh, bahwa saya pernah sangat antipati kepada seluruh lkaryanya yang dinyanyikna Christine Panjaita. juga kepada Christine Panjaitan tentunya, secara khusus saya harus meminta maaf karena secara menahun memendam ketidaksukaan yang tinggi kepada dia. Bisa jadi kata mbak Vonny karena Christine Panjaitan mempunyai sifat introfert berbeda dengan saya yang jauh lebih terbuka dan senang menjadi a good listener. Kalau saja sejak awal Christine Panjaitan menunjukkan sikap bersahabat dan mau berbagi rasa denganku saat itu, cerita akan berbeda.
Tapi apa tidak mungkin kalau saat itu sesungguhnya Christine Panjaitan sebenarnya "cemburu" terhadap kehadiranku yang dengan sangat mulus diterima sangat hangat oleh seluruh anggota keluarga besar "baraya sadayana" Banten pacarku terkasih? Karenanya sayapun jadi su'udzon bahwa kala saya telah menjadi kekasih tetap Ikang Fawzi, sebenarnya bibit cinta mereka berdua belumlah padam! Subhanallaaah... semoga saja Christine Panjaitan bersedia memaafkan saya sebelum salah satu dari kami meninggal dunia... Namun memang dia itu agak ...gimana ya? Saat mbak Vonny Waluyo membuat acara di Medan bulan lalu agar saya dan Christine Panjaitandapat duduk semeja dan berbincang sebagaimana para artis lain yang diundang ke Medan, Chris agak 'rikuh' saat ada Ikang...aneh! Biasa sajalah Chris... Akhirnya saat dia baru turun panggung, sayalah yang mencoba menegur dia dengan manis serta "diplomatis" dengan kalimat: "...selamat yan Christine, sukses selalu!" Sudah, hanya begitu sajaaa... Tak ada sapa atau basa-basi lainnya, karena dia hanya mengucapkan: "...terimakasih..." Ya wis-lah saya membathin. Dan esok subuhnya Christine Panjaitan kembali lebih dulu ke Jakarta karena ada shooting TV dengan Andre Taulani di acara Pas Mantap Trans 7.
Informasi saya dapatkan dari asisten Andre yang wartawati di Tangsel bahwa Andre telah mengatur jadwal untuk manggung juga di acara sama bersama Mike Tramph (suami Ayu Azhari penyanyi rock White Lion asal Amerika Serikat), tapi harinya dibedakan karena tidak ingin kejadian seperti di acara Zona Memori Metro TV kejadian lagi. Dimana Mas Sys NS dan Ida Arimurti--mungkin juga ndak sengaja--sangat "norak" bersama Sandro Tobing menjadikan bulan-bulanan kehadiran Ikang Fawzi suamiku dipanggung bersama Christine Panjaitan. Dan herannya tidak ada ungkapan keberatan dari Christine Panjaitan, bahkan suamikupun diam saja tidak menceritakannya langsung kepadaku seperti biasanya. Hehe... Ikang Fawzi suamiku mungkin lupa bahwa saya ini separuh badan sudah seperti intelijen...hehe...(maksudnya intel pentium 4), bahwa segala sesuatu yang disembunyikan dirinya, cepat atau lambat selalu mampu saya ketahui (smile!). Saat Christine Panjaitan balik ke Jakarta, saya, Ikang Fawzi suamiku, dan LP3I, masih dua hari lagi di Medan bersama Bapak Walikota Medan melakukan touring pendataan siswa SMU menjelang UN (Ujian Nasional).
Saya pikir saya dan suami, juga semoga Christine Panjaitan memiliki perasaan dan pikiran yang sama, bahwa alangkah baiknya kita semua melakukan langkah diplomatis serta rekonsiliasi atas apa yang pernah terjadi di masa lalu. Saya benar-benar ingin berjumpa dengan dokter Maringan Tobing suaminya...sebagai saudara, teman, atau pasien obgin barangkali begituuuu... Kata Christine Panjaitan dalam wawancaranya suaminya sekarang ahli di bidang ilmu obgin dan karsinogenik, kebetulan keluargaku rentan terhadap kanker. Sekalian konsultasilah inginnya... Tapi lagi-lagi tergantung kepada Christine Panjaitan. Semoga sebagai mantan calon menantu keluarga diplomat, dirinya lebih terbuka dan bersikap manis kepada saya dan Ikang Fawzi suamiku. Dan menganggap bahwa masa lalu...just let it go...
Salam kasihku untukmu Christine Panjaitan saudariku... tetap semangat dalam menyanyi ya? Ditunggu album barumu... sukses ya Sist? Semoga kita jumpa lagi di Medan di acara mbak Vonny Waluyo. Dan semoga juga, kau bawalah Bang Ingan-mu itu Chris. Saya pribadi ingin berkonsultasi tentang riwayat kesehatan dalam keluargaku. Kata Soraya dan Shahnaz adikku suamimu pernah mereka wawancara, dan sangat ahli alias pintar suaminu itu. Kami berdua ( Ikang dan saya) turut senang mendengar celotehan kedua adik-adikku itu... Horas!
Sering secara sambil bercanda saya ungkapkan kepada Ikang Fawzi suamiku, bahwa ilmu diplomasi dari Dato' Fawzi dengan sengaja saya coba terapkan kepada ibunya--Ibu Mertuaku terkasih Ibu atau Mbah Yuya Moe'min.
Lalu sambil melihat serius secara curious, Ikang Fawzi suamiku meletakkan majalah Tempo yang ada di tangannya. Suamiku tahu kalau sudah begitu saya pasti sedang ingin bercanda dan berdekat-dekatan dengannya dalam menghabiskan waktu di malam hari tenang di rumah kami di Pelangi Bintaro, Tangsel, Banten.
Saya katakan bahwa di saat pertama berjumpa dengan Ibu almarhumah, sejujurnya saya merasa agak takut. Karena penampilan Ibu layaknya Ibu pejabat di era Presiden Soeharto yang anggun dan penuh kharisma.
Selain itu sayapun mendengar langsung dari pacarku (saat itu), bahwa mantan pacarnya di saat lalu dari Satra Cina atau Sinologi UI (Universitas Indonesia), juga sangat takut kepada Ibu almarhumah. Waddduuuhh... bathinku saat itu.. gawat nih! Hehe...Kata pacarku itu, Ibu almarhumah tidak suka kepada--sorry Chris...just to be honest to everybody who read this blog--bahwa Ibu Yuya sangat tersinggung kepada Ibunya Christine Panjaitan yang menolak anaknya untuk merencanakan pernikahan atau getting more serious in their relationship. Ibu Yuya merasa anak lelaki tersayangnya tidak layak menderita dalam hubungan rahasia alias back street yang terpaksa mereka lakukan selama itu! Kalau Christine Panjaitan yang cantik serta bersuara merdu itu gagal dalam melakukan pendekatan kepada Ibu Yuya, maka saya memang bertekad kuat untuk berhasil menaklukan hatinya.
Kala itu, Ikang Fawzi pacarku mengatakan bahwa Christine Panjaitan memang telah berusaha melakukan pendekatan, namun memang tidak optimal, karena karakter Chris berbeda dengan saya yang memang bisa sangat ramai serta hangat kala bertegur-sapa dengan siapapun atau lebih tepatnya tidak meraa tinggi hati untuk bersedia menegur-sapa duluan. Waaaah...tentu 'kembang-kempis' cuping hidungku mendengar pujian ikhlas semacam itu. Karena dorongan semangat dari pacarku Ikang Fawzi, maka saat itu action "cito" alias segera karena urgent untuk meng-approach langsung kukerjakan.
Setiap kali datang maka selalu ada 'semacam buah tangan' yang kubawa untuk beliau. Untunglah saat itu undang-undang menyangkut gratifikasi belum ada...hehe...hingga tak perlu saya harus ditangkap KPK karena melakukan upaya penyuapan...hehehe... Konyol memang! Karena saya kan saat itu adalah mahasiswi dari Fakultas Hukum dari Universitas Trisakti, Jakarta. Dan tahu kalau hal tersebut terjadi di ranah peradilan Indonesia, mengakibatkan perlakuan tidak adil dan setara dalam mendapatkan hasil keputusan hakim yang signifikan penuh dengan asas equality before the law...hehehe... Namun Ikang Fawzi suamiku mengatakan tanpa 'diplomasi' "membawa ini dan itu" pun Ibu Yuya sudah jatuh hati kepadaku yang sangat "perempuan" katanya.
Nah! "Sangat perempuan" yang dimaksud sebenarnya adalah bahwa saya sangat menyukai juga pekerjaan domestik semisal: (1) membuat kue; (2) membuat pangan serba Italia; serta (3) punya hobi mengumpulkan resep aneka kuliner dunia termasuk jejamuan (secara khusus Jamu Madura). Karena Chris sang mantan suamiku konon kata Ibu almarhumah, tidak memiliki semua yang kumiliki kecuali suara merdunya semata (dan tentunya cantik juga). Saat itulah kumantapkan hati dengan mengatakan:"... you got it!"
Artinya, disanalah entry point-ku melalui kemenanganku atas Chris yang saat itu sangat kuketahui masih sering menghubungi Ikang Fawzi pacarku melalui telepon ke rumahnya di jl. Benteng Garuda, Pasar Minggu atau melalui Kakak Ikang tertua bernama Kak Uttie dengan bertelpon ke PT. Japex (Japan Petroleum Exploration) di Jakarta.
Ah, Ikang Fawzi suamiku memang lelaki baik dan tak pernah ingin 'membuang' Chris di tengah 'kepatah-hatiannya'atas diterimanya lamaran calon suami pilihan keluarga Bataknya. Namun tentu apa yang mereka lakukan menyakiti hati terdalamkulah! I never know how much they still love each other di saat saya sudah resmi diterima oleh keluarga Fawzi. Mungkin karena Chris memang bersuara merdu sebening genta gereja, atau karena untuk ukuran general perempuan Batak Chris memang kuakui cantik. Kalau untuk urusan cantik memang Ikang Fawzi pacaraku saat itu punya semacam 'kelebihan' tertentu, dimana matanya tak pernah salah dalam menilai yang cantik dan yang seksi...hehe...termasuk yang serba merdu...hehehe. (again!). Dan saya memang sampai sekarang sering protes kepada 'kelebihan' Ikang Fawzi suamiku itu ... Bahkan saya mengancam akan meninggalkannya melalui cara salah satunya menerima tawaran main film ke Amerika Serikat dari Bapak Hatoek Soebroto untuk film berjudul "Arini Masih Ada Kereta yanga Akan Lewat"--akhirnya film tersebut dibintangi oleh mbak Widyawati & Rano Karno--menjadi pemeran utama bersama Adi Bing Slamet. Dan saya sampaikan kepada Ikang Fawzi pacarku bahwa sebaiknya dia tetap serius dengan Chris dan bertekad mendekati terus secara serius hati Ibu Yuya dengan cara apapun juga. Saya tidak mau menjadi 'ban serep' cinta. Wa bil khusus, karena saat itu sayapun punya "teramat-sangat-kelewat" banyak 'penggemar' setia yang menunggu uluran balasan cinta dariku. Kumbang-kumbang yang datang tersebut beraneka ragam 'bentuk'-karakter-agama-suku nya. Yah...alhamdulillah memang saat itu sayapun sedang naik daun dan memiliki pula pengagum yang sangat banyak, sehingga merasa tak akan kesulitan dalam memilih pasangan untuk insya Allah suamilah begituuuu... Ikang Fawzi pacarku kusaksikan memang sangat panik mendengar keberatan hati serta penjelasanku! Hal tersebut memang kusengaja karena sejujurnya saya tidak merasa nyaman dengan keberlanjutan kehadiran Christine Panjaitan dalam keluarga Ikang Fawzi pacarku, karena bukankah saat itu mereka sudah putus dan saya telah menjadi pacar resminya? Kalau saat itu saya hadir dalam kehidupan seorang duda beranak--seperti manatan pacarku sebelum Ikang Fawzi--tentu saya tak akan merasa 'gerah' karena jelas statusnya seorang duda cerai! Lhaaa... kalau mereka kan bedaaaa... mana seluruh lagu-lagu yang dibawakan Chris saat itu (yang digubah oleh Bang Rinto Harahap) sebagian besar 'seakan' bercerita tentang kepatah hatian dia dan 'meleleh' bersama bedua dalam cinta abadi! Saya harus memohon maaf secara serius kepada Bang Rinto kalau suatu saat bertemu lagi di Medan bersama mbak Vonny Waluyo sang EO alumni LP3I Banda Aceh, bahwa saya pernah sangat antipati kepada seluruh lkaryanya yang dinyanyikna Christine Panjaita. juga kepada Christine Panjaitan tentunya, secara khusus saya harus meminta maaf karena secara menahun memendam ketidaksukaan yang tinggi kepada dia. Bisa jadi kata mbak Vonny karena Christine Panjaitan mempunyai sifat introfert berbeda dengan saya yang jauh lebih terbuka dan senang menjadi a good listener. Kalau saja sejak awal Christine Panjaitan menunjukkan sikap bersahabat dan mau berbagi rasa denganku saat itu, cerita akan berbeda.
Tapi apa tidak mungkin kalau saat itu sesungguhnya Christine Panjaitan sebenarnya "cemburu" terhadap kehadiranku yang dengan sangat mulus diterima sangat hangat oleh seluruh anggota keluarga besar "baraya sadayana" Banten pacarku terkasih? Karenanya sayapun jadi su'udzon bahwa kala saya telah menjadi kekasih tetap Ikang Fawzi, sebenarnya bibit cinta mereka berdua belumlah padam! Subhanallaaah... semoga saja Christine Panjaitan bersedia memaafkan saya sebelum salah satu dari kami meninggal dunia... Namun memang dia itu agak ...gimana ya? Saat mbak Vonny Waluyo membuat acara di Medan bulan lalu agar saya dan Christine Panjaitandapat duduk semeja dan berbincang sebagaimana para artis lain yang diundang ke Medan, Chris agak 'rikuh' saat ada Ikang...aneh! Biasa sajalah Chris... Akhirnya saat dia baru turun panggung, sayalah yang mencoba menegur dia dengan manis serta "diplomatis" dengan kalimat: "...selamat yan Christine, sukses selalu!" Sudah, hanya begitu sajaaa... Tak ada sapa atau basa-basi lainnya, karena dia hanya mengucapkan: "...terimakasih..." Ya wis-lah saya membathin. Dan esok subuhnya Christine Panjaitan kembali lebih dulu ke Jakarta karena ada shooting TV dengan Andre Taulani di acara Pas Mantap Trans 7.
Informasi saya dapatkan dari asisten Andre yang wartawati di Tangsel bahwa Andre telah mengatur jadwal untuk manggung juga di acara sama bersama Mike Tramph (suami Ayu Azhari penyanyi rock White Lion asal Amerika Serikat), tapi harinya dibedakan karena tidak ingin kejadian seperti di acara Zona Memori Metro TV kejadian lagi. Dimana Mas Sys NS dan Ida Arimurti--mungkin juga ndak sengaja--sangat "norak" bersama Sandro Tobing menjadikan bulan-bulanan kehadiran Ikang Fawzi suamiku dipanggung bersama Christine Panjaitan. Dan herannya tidak ada ungkapan keberatan dari Christine Panjaitan, bahkan suamikupun diam saja tidak menceritakannya langsung kepadaku seperti biasanya. Hehe... Ikang Fawzi suamiku mungkin lupa bahwa saya ini separuh badan sudah seperti intelijen...hehe...(maksudnya intel pentium 4), bahwa segala sesuatu yang disembunyikan dirinya, cepat atau lambat selalu mampu saya ketahui (smile!). Saat Christine Panjaitan balik ke Jakarta, saya, Ikang Fawzi suamiku, dan LP3I, masih dua hari lagi di Medan bersama Bapak Walikota Medan melakukan touring pendataan siswa SMU menjelang UN (Ujian Nasional).
Saya pikir saya dan suami, juga semoga Christine Panjaitan memiliki perasaan dan pikiran yang sama, bahwa alangkah baiknya kita semua melakukan langkah diplomatis serta rekonsiliasi atas apa yang pernah terjadi di masa lalu. Saya benar-benar ingin berjumpa dengan dokter Maringan Tobing suaminya...sebagai saudara, teman, atau pasien obgin barangkali begituuuu... Kata Christine Panjaitan dalam wawancaranya suaminya sekarang ahli di bidang ilmu obgin dan karsinogenik, kebetulan keluargaku rentan terhadap kanker. Sekalian konsultasilah inginnya... Tapi lagi-lagi tergantung kepada Christine Panjaitan. Semoga sebagai mantan calon menantu keluarga diplomat, dirinya lebih terbuka dan bersikap manis kepada saya dan Ikang Fawzi suamiku. Dan menganggap bahwa masa lalu...just let it go...
Salam kasihku untukmu Christine Panjaitan saudariku... tetap semangat dalam menyanyi ya? Ditunggu album barumu... sukses ya Sist? Semoga kita jumpa lagi di Medan di acara mbak Vonny Waluyo. Dan semoga juga, kau bawalah Bang Ingan-mu itu Chris. Saya pribadi ingin berkonsultasi tentang riwayat kesehatan dalam keluargaku. Kata Soraya dan Shahnaz adikku suamimu pernah mereka wawancara, dan sangat ahli alias pintar suaminu itu. Kami berdua ( Ikang dan saya) turut senang mendengar celotehan kedua adik-adikku itu... Horas!
Label:
Chikita Fawzi,
Christine Panjaitan,
FISIP UI,
Ikang Fawzi,
Isabella Fawzi,
Marissa Haque,
Mertua,
Ratu Atut Chosiyah,
Sastra Cina,
Setia Nurul Muliawati Fawzi
Langganan:
Postingan (Atom)
Entri Populer
-
"Praktik Diplomasi sang Calon Menantu" Sering secara sambil bercanda saya ungkapkan kepada Ikang Fawzi suamiku, bahwa ilmu dip...
-
Cantiknya Chikita Kami dengan Jilbabnya Chikita Fawzi, Ikang Fawzi dan Hadiah Kamera dari Ibu Marissa Haque, Screen shot 2011-06-16 at 12.18...
-
Kedua anak-anak kami alhamdulillah memiliki kemampuan diplomasi yang lebih baik dari ayah dan ibunya. Rasanya semua itu menurun dari kakekn...
-
Tribun Timur - Jumat, 11 Maret 2011 00:16 WITA Share | Berita Terkait Berjodoh dengan Ikang Berkat Ishadi SK Direktur Trans TV Bikin...
-
Bogor (ANTARA News) - Rocker Indonesia era 90 an Ikang Fawzi dinobatkan sebagai ambasador Kebun Raya, oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Ind...
-
Disaat kita memberi sesungguhnya karena kita sudah banyak menerima! Kuncinya semua kembali kepada pasangan kita. Sejauh mana pasangan ...
-
Oleh Editor KapanLagi.com, Musik | Kapanlagi Sumber: http://id.omg.yahoo.com/news/ikang-fawzi-kejutkan-penonton-djakarta-artmospher...
-
Mencoba berdiplomasi untuk menunjukkan kepada semua orang bahwa orang yang kita kasihi itu selalu ada di hati melalui warna baju (kembaran)....
-
Pasca Kesepakatan CAFTA 1 Januari 2010 ( Masuknya Arus Modal Spekulatif 2011 ke Indonesia) Langkah Antisipatif Indonesia dan beberapa negar...
-
"Terimakasih Perancis untuk Bentuk Leher dan Hidungku: Marissa Haque" Terimakasih Perancis...terimakasih ... Ya Allah... kelu t...
Arsip Blog
-
▼
2011
(21)
-
►
Mei
(10)
- Diplomasi Pendidikan Moral-spiritual Melalui Musik...
- Nurul Arifin Prihatinkan Lemahnya Diplomasi Film RI
- Lucu Juga! (Diplomasi Berbalas ‘Pantun’ untuk Fitn...
- Bukan Diplomasi tapi Sungguhan: Marissa Haque
- Uji Coba Diplomasi Kecil-kecilan Melalui Warna: Ik...
- Kenangan Berdiplomasi 'Mencuri' Hati Ibu Mertuaku:...
-
►
Mei
(10)